Roadshow “2000 Anak Menentang Perdagangan Anak”

Pada bulan Desember tahun 2016, Yayasan KAKAK bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan Nasional menyelenggarakan kegiatan Road Show ke sekolah-sekolah di Surakarta dengan teman “2000 Anak Menentang Perdagangan Anak”.  Kegiatan ini dilakukan di SMP Al Islam 1 Surakarta, SMP Warga Surakarta, SMKN 7 Surakarta dan SMKN 8 Surakarta, di tiap sekolah pesertanya kurang lebih 500 anak.

Kegiatan ini diawali dengan melihat film “Kembang” merupakan kisah nyata yang menceritakan tentang pengalaman anak-anak korban perdagangan, awalnya bagaimana anak-anak mulai dibujuk rayu setelah berkenalan melalui media sosial, dibuat nyaman dan akhirnya anak dilarikan dari rumah dan menjadi korban eksploitasi baik secara seksual maupun ekonomi. Dalam film ini juga diceritakan tentang sikap orang tua yang sebelumnya tidak percaya anak mengalami kejadian ini dan bagaimana orang tua harus bersikap ketika tahu anak berada dalam situasi ini. Diakhir cerita menggambarkan tentang bagaimana anak-anak ini menyesal mengapa dulu mudah diperdaya dan mengajak anak-anak lain untuk berhati-hati dalam bermedsos.

Dalam kegiatan ini menghadirkan Narasumber Ibu Hastin sebagai perwakilan dari Kanit PPA (Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak) Polresta Surakarta. Beliau menyampaikan bahwasanya kasus perdagangan anak memang benar adanya. Dan di Solo pernah terjadi hal tersebut. Sikap anak yang suka barang barang bagus dan tidak diimbangi dengan uang yang dimiliki menyebabkan anak-anak rentan menjadi korban trafiking.

Pada akhir sessi anak-anak membubuhkan tanda tangan dalam spanduk, untuk berkomitmen bersama Menentang Perdagangan Anak. (Rh)


“Manten” Sosmed

KAKAK melakukan aksi di Car Free Day dengan tema Manten Sosmed, hal ini kami lakukan sebab banyak anak anak dibawah 18 tahun yang akhirnya menikah di usia dini. Kasus yang pernah didampingi oleh KAKAK yakni anak anak yang kenalan lewat media sosial seperti facebook kemudian menjalin hubungan serius sebagai pacar bahkan mereka berani melakukan hubungan layaknya suami istri. Ada orang tua yang tidak terima kemudian diperkarakan lewat hukum, ada juga orang tua yang akhirnya dengan rela menikahnya anaknya dengan dalih “sama sama suka”.

Aksi di CFD “Manten Sosmes” ini diikuti oleh perwakilan forum anak di Solo, mulai dari konsep acara sampai make up mereka lakukan dengan kreativitas. Antribut yang mereka gunakan juga sebagai sindirian kepada para anak anak maupun para orang tua untuk selalu mawas diri dalam berselancar didunia maya. Beberapa perwakilan anak ini membentuk komunitas dibawah bimbingan Yayasan KAKAK dengan nama HEYBRO (Healthy Young Browser).  Perwakilan Forum Anak sebelum melakukan aksi di CFD, mereka menjadi pendidik sebaya di 5 kecamatan yang ada di Solo. Mereka memberikan sosialisasi kepada anak anak di 5 kecamatan dan menekankan betapa pentingnya berselancar didunia maya dengan cara yang sehat.

Para pendidik sebaya ini memberikan sosialisasi seperti pengertian eksploitasi seksual itu apa, sebab para predator anak sekarang “bermain” lewat media sosial dan menyasar kepada anak anak. Selain itu mereka juga sharing media sosial apa saja yang digunakan para pelaku kejahatan sesksual. Dalam media sosial sendiri ada beberapa istilah yang harus anak anak tahu, sebab hal tersebut bisa berakibat buruk untuk mereka, seperti diperas, disebarkan foto pribadinya, bahkan diajak melakukan hubungan seksual. Terakhir, anak anak di ajak untuk berdiskusi dan sharing bagaimana tips tips untuk mencegah terjadnya kekerasan di media sosial dan bagaimana cara menggunakan media sosial dengan bijak.

Aksi CFD “Manten Sosmed” ini dilakukan pada 28 Januri 2018 di Jl. Slamet Riyadi, Solo dan mendapat banyak perhatian publik, baik masyarakat maupun media. Selain itu, anak anak juga melakukan poling tentang hak anak.  Dengan kegiatan tersebut diharapkan anak anak untuk berhati-hati dalam menggunakan media sosial. (Yd)


Pentas Boneka Tangan

Pentas boneka di TK Angkasa Karanganyar (22/10/2018 ), satu kepuasan sendiri ketika melihat anak-anak terpukau dan seringkali tertawa. Nampak antusias dan menikmati pentas boneka yang kami suguhkan. Hilang sudah lelah selama persiapan sampai aksi di sekolah. Inilah salah satu roadshow bersama dengan vouleenter mahasiswa. Membawakan boneka yang kita buat sendiri sungguh membuat lebih bahagia.

Cerita boneka kami pilih karena ramah dan dekat dengan anak anak, dan menyenangkan. Melihat anak anak fokus pada aksi kami sebuah kebanggaan yang luar biasa.

Boneka tangan sendiri kami pilih sebagai metode yang ramah anak dan merupakan Kekerasan seksual di tingkat masyarakat masih menjadi isu yang tabu, dan tidak banyak orang yang tahu. Di media jaman now seperti media sosial (facebook, instagram, whatsapp) sering ditemui kabar berkiatan dengan kekerasan seksual, begitu juga media mainstream (televisi, koran, radio).Karena itu penting buat menguatkan anak-anak agar mereka mampu melindungi diri sendiri dari kekerasan seksual.

Salah satu bentuk pencegahan kekerasa seksual untuk anak anak usia dini (12 tahun kebawah), KAKAK menggunakan metode yang disukai anak anak yaitu cerita

boneka tangan. KAKAK berkolaborasi dengan volunteer(mahasiswa) melakukan upaya pencegahan diwilayah yang rentan terjadinya kasus.

Sebelum terjun ke lapangan, KAKAK menguatkan volunteer mulai dari membuat boneka tangan, membuat konsep cerita, sampai membuat panggung untuk melakukan pentas boneka tangan.

Hal yang dikenalkan diantaranya bagian tubuh apa yang boleh dan tidak boleh dipegang, bagaimana jika ada orang asing yang mencoba melakukan hal yang tidak membuat anak nyaman, seperti mencoba meraba, mencium, serta mengajak pergi. KAKAK juga mengajakarkan mereka untuk bernyanyi bersama untuk masalah keserasan seksual biar anak lebih semangat (Yd)


Catatan Film “Sekar”

CUPLIKAN FILM SEKAR

SEKAR salah satu film dokumenter karya anak korban eksploitasi seksual tahun 2011. Film ini sebagai bentuk keprihatinan terhadap anak-anak korban ESKA (eksploitasi seksual komersil anak).  Sekar anak kedua dari 5 bersaudara dari keluarga yang kurang mampu.  Dia hanya lulus  Sekolah Dasar dikarenakan tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan sekolah. Kehancuran hidup Sekar dimulai ketika pacarnya dengan tega mengambil keperawanan Sekar dan mencampakannya. Di saat itulah Sekar merasa hidupnya tidak ada lagi kebahagiaan ditambah dengan kondisi ekonomi keluarganya yang semakin terpuruk. Keluarganya terlilit utang dan keadaan memaksa Sekar untuk turut membantu keadaan ekonomi keluarga. Hal itu mengantarkan Sekar dalam dunia prostitusi. Dipicu kondisi yang tidak perawan lagi mendorong Sekar terjun dalam prostitusi karena ia merasa dirinya sudah tidak punya harga diri.

 Sekar pernah mencoba berhenti dari dunia prostitusi dan memutuskan untuk membuka usaha bersama keluarga namun justru dari pihak keluarga tidak adanya dukungan dan lebih mendorong Sekar tetap memberikan uang hasil menjadi PSK.

Sekar hanyalah satu kasus  keberadaan ESKA di Surakarta, kebanyakan kasus seperti Sekar ini masih terselubung atau tersembunyi. Data KAKAK menunjukkan kasus ESKA di Surakarta ini cukup tinggi. ESKA ini termasuk dalam perbuatan DEHUMANISASI, karena ESKA ini dilakukan dengan kekerasan , dan  di lingkungan masyarakat ESKA ini dianggap sampah masyarakat.

 KAKAK mengajak semua pihak termasuk pemerintah untuk melindungi anak-anak korban ESKA, tidak malah menyudutkan. Pemerintah menjadi pihak yang mempunyai tanggung jawab utama untuk mengatasi hal ESKA, didukung dengan kepedulian dari banyak pihak termasuk masyarakat. Anak-anak kita dimasa depan akan menjadi generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan perjuangan dalam membangun bangsa yang lebih merdeka.  Mari bersama lindungi anak-anak.(allys)