ANIEK TRI MAHARNI 25 TAHUN BERGERAK UNTUK ISU TOLERANSI

Aniek Tri Maharni adalah seorang ibu rumah tangga berusia 60 tahun, anak ketiga dari 9 bersaudara ini  tinggal di jalan dahlia aya nomor 50  perum bumi wonoreo karanganyar. Beliau dahulu aktif menjadi aktif perlindungan anak yang bekerja di Yayasan yofera yang yaitu Lembaga sosial untuk mendampingi anak-anak yang hamil diluar nikah, pernah mengikuti bimbingan kesejahteraan sosial yang bergerak di bidang sosial politik, agama untuk keadilan dan perdamaian dan keutuhan ciptaan dalam lingkup GKI  di Surakarta, organisasi tersebut berbasis  geraja untuk gerakan pelayanan  untuk multi agama. Aniek juga   memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda agama.

Ketertarikan Aniek dalam isu toleransi dimulai pada tahun 1998 karena merasakan adanya kerusuhan sosial dan isu agama lebih menonjol serta sara dan etnis lebih kental. Yang dilakukan aniek yaitu membuat pos pos pengungsian membantu logistic bersama dengan teman -teman katholik dan aktivis perempuan. Pada tahun 1998 forum kerukunan agama sudah mulai muncul bersama  dengan Bapak Dianfi tokoh agama islam dari situ aniek mula mengenal agama lain secara intens.  

Anek, mengapresiasi capaian kota Surakarta menjadi kota toleran ke 4 di Indonesia. Namun hal itu masih menjadi PR bersama untuk menjaga toleransi di kota Surakarta karena juga masih ditemukan pelarangan pendirian rumah ibadah, masih ada juga orang melihat kasus kekerasan agama menjadi netral, lebih masih kepada agamaku -agamaku, dua kali mengikuti kegiatan bersama Yayasan KAKAK menambah wawasan saya untuk lebih mengenal agama lain dan bisa lebih bertoleran, seperti halnya sharing yang disampaikan oleh mbak sulastri dari ahamdiyah. Karena di masyarakat sendiri juga belum clear terkait pengertian rumah ibadah serta penegakan regulasi yang masih bias. Sehingga kita sulit untuk memparafrasekan. .

Hal penting yang dapat aniek pelajari ketika mengikuti kegiatan bersama Yayasan Kakak yaitu bertambah saudara, pengetahuan baru yang  positif tanpa permusuhan yg seperti apa yang kita mimpikan , mampu memaksimalkan sumber daya manusia yang ada. Serta istilah baru yang belum diketahui sebelumnya yaitu internum dan eksternum. Aniek juga baru mengetahui jika ada ahmadiyah dan penghayat yang berprofesi menjadi guru. Kegiatan ini tentunya menjadi hal yang positif mengingat sebentar lagi menjelang pemilu tahun 2024 yang seringkali agama menjadi bahan kampanye untuk memenangkan salah satu calon, bisa menjadi pemicu konflik. Sekolah yang berbasis agama, hendaknya juga mengajarkan tentang agama lain sebagai pengetahuan serta tidak dibangun fanatisme yang dangkal, penting untuk diketahui di agama atau keyakinan manapun.

Kesan yang aniek dapat selama mengikuti kegiatan bersama Yayasan Kakak yang berkaitan dengan isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan tentunya positif serta ada hal yang baru di dapat seperti lima point tanpa permusuhan itu seperti apa dan peserta yang mengikuti juga aktif walaupun hanya bebeberapa harapan aniek di forum tersebut pemerintah juga dapat aktif menyampaikan kendala yang dihadapi seperti apa sehingga bisa memecahkan solusi bersama-sama sehingga tingkat tindakan intoleransi di Surakarta menjadi nol kasus begitu juga dilingkup pendidikannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *