CEGAH TREND PENINGKATAN PEROKOK UNTUK ZERO STUNTING

Surakarta, 28 Mei 2023 Merokok merupakan akifias yang berdampak merugikan bagi kesehatan individu, masyarakat dan lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian rokok untuk jaminan kesehatan.Rokok mengandung lebih dari 4000 jenis zat kimia berbahaya bagi kesehatan mulai dari nikotin maupun zat lainnya yang bisa menyebabkan penyakit kanker paru-paru, TBC, Jantung , atau komplikasi yang berujung kematian. Menurut data WHO Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Hasil penelitian WHO bekerja sama dengan US National Cancer Institute  menyatakan angka kematian akibat tembakau diproyeksikan meningkat dari enam juta kematian per tahun menjadi delapan juta per tahun pada 2030, dengan lebih dari 80 persen terjadi di negara berpendapatan menengah ke bawah.[1]

Selain menimbulkan berbagai penyakit perilaku merokok pada orangtua diperkirakan berpengaruh pada anak stunting dengan dua cara. Yang bertama, melalui asap rokok orang tua perokok yang memberi efek langsung pada tumbuh kembang anak. Seperti yang disebutkan oleh Ketua Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, “Asap rokok mengganggu penyerapan gizi pada anak, yang pada akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya.” Pengaruh perilaku merokok yang kedua, dilihat dari sisi biaya belanja rokok, membuat orang tua mengurangi “jatah” biaya belanja makanan bergizi, biaya kesehatan, pendidikan dan seterusnya.[2]

Dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia Tahun 2023 kolaborasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan Yayasan kakak dengan mengedepankan komunitas Anak Muda dan masyarakat mengadakan kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Kegiatan ini dilakukan dalam Car Free Day tepatnya di depan Lodji Gandrung pada tanggal 28 Mei 2023. Kegiatan ini menekankan promosi kesehatan dalam bentuk layanan kesehatan yaitu ukur tensi dan Unit Berhenti Merokok (UBM) yang dilakukan oleh 17 puskesmas Kota Surakarta. Partisipasi masyarakat dalam upaya untuk mencegah trend kenaikan perokok untuk Zero Stunting diwujudkan dengan stand Kampung Bebas Asap Rokok yang sudah dikembangkan oleh DInas kesehatan melalui puskesmas. Sedangkan partisipasi anak muda dengan berbagai upayanya ditampilkan dalam stand Pemuda Penggerak.

Salah satu yang dilakukan adalah talkshow yang menghadirkan anak SMP dan SMA yang merupakan target dari Industri Rokok.  Anak muda yang dijadikan target harus dikuatkan bahwa rokok adalah produk yang tidak normal. Sementara iklan, sponsor dan promosi yang bertebaran di sekitar mereka memberikan informasi yang menyesatkan seolah produk tersebut membuat lebih percaya diri, kesetiakawaan atau lainnya. Hal inilah yang harus ditegaskan lagi bahwa rokok adalah produk yang tidak normal karena menyebabkan beragam dampak buruk pada kesehatan.

Kepala Dinas kesehatan, dr Siti Wahyuningsih menyampaikan……

Peran anak muda dan masyarakat dalam  menekan tren kenaikan perokok menjadi hal yang penting, tetapi juga harus didukung dengan kebijakan yang kuat. Apalagi saat ini RUU Kesehatan yang dibahas harus memiliki kekuatan untuk menekan konsumsi dan peredaran rokok  melalui pelarangan iklan, promosi, dan sponsor rokok dalam bentuk apapun.  Kebijakan ini menjadi dasar mengembangkan kebijakan ditingkat daerah sehingga upaya menurunkan trend perokok  bisa diwujudkan, ujar Shoim Direktur Yayasan KAKAK.


[1] https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170112183607-255-185919/who-rokok-bunuh-sepertiga-populasi-manusia-pada-2030

[2] https://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/konsumsi-rokok-akibatkan-anak-stunting

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *